Masih ingat tulisan analisis saya bahwa aparatur pemda sebagus apapun, termasuk pemkot Surabaya, lebih mengutamakan memenuhi Keinginan/Perintah Pimpinan (Conformance) dibandingkan keinginan/kesadaran pribadi untuk meningkatkan kinerja (Performance) untuk masyarakat? https://egovernmentindonesia.wordpress.com/2017/11/24/tata-kelola-e-government-performance-vs-conformance/
Dalam contoh kasus yang positif adalah tingginya kinerja birokrat Pemkot Surabaya, semata-mata bukan karena sistem e-Kinerja yang menghitung penghasilan PNS pemkot berdasar prestasi & kinerjanya, atau kesadaran pribadi masing-masing PNS pemkot, atau tidak juga karena kualitas SDM-nya, namun tingginya kinerja PNS Pemkot Surabaya tidak bisa dilepaskan karena Kuatnya Leadership Bu Risma sebagai walikota dalam melakukan fungsi Tata Kelola, yakni Monitoring – Evaluation- & Direct. Bahkan sebagai pimpinan daerah tertinggi di kota Surabaya, sangat sering Bu Risma mengkontrol detail operasional di lapangan alias memastikan fungsi-fungsi Manajemen bekerja memberikan layanan kinerja terbaik untuk masyarakat (Performance). Hasilnya, meskipun tidak semua PNS sadar atau berkeinginan untuk meningkatkan Kinerja, namun hampir seluruh PNS di Pemkot Surabaya terpaksa meningkatkan Kinerja dalam rangka memenuhi Keinginan/Perintah Pimpinannya (Conformance).
Contoh kasus nyata Negatif, yang baru-baru saja terjadi dan membuktikan hipotesa saya ini, yakni kejadian berhentinya layanan publik di kota Bekasi selama 2 hari gara-gara konflik antar 2 pimpinan tinggi kota yakni Walikota & Sekda: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/31/18090201/pelayanan-publik-di-bekasi-terhenti-diduga-karena-konflik-pj-wali-kota Kasus ini menunjukkan betapa kepentingan masyarakat luas (yakni layanan publik) dapat dikalahkan, bahkan di ‘shut down’ selama 2 hari oleh aparatur pemda hanya demi ‘Conformance‘ terhadap kepentingan salah satu Pimpinan tinggi daerahnya.
Demikianlah, 2 kejadian ini menjadi bukti empiris bagi saya bahwa di birokrasi pemda Indonesia:
1. Conformance terhadap Perintah/Keinginan Pimpinan Daerah masih jauh lebih dominan daripada kesadaran/kemauan untuk memenuhi Performance.
2. Dari kenyataan ini menunjukkan bahwa setiap jajaran Birokrasi sebuah Pemda pasti membutuhkan Strong Leadership sekaligus Good Leader! Tanpa Pimpinan tertinggi yang Kuat & Baik dapat dipastikan setiap jajaran birokrasi pemda akan cenderung bekerja tanpa semangat bersama meningkatkan kinerja.
Sudahkah kota/kabupaten anda memiliki Walikota/Bupati yang Baik & Kuat?